PENGERTIAN
PENYEBAB, GEJALA DAN PENANGANANNYA
I.
PENGERTIAN NIFAS
a.
Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ
reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu
sekitar enam minggu (Fairer, Helen, 2001:225)
b.
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira enam minggu (Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Ne’bnatal, 2001:122)
c.
Masa nifas atau masa puerperium mulai setelah partus selesai dan berakhir
setelah kira-kira enam minggu (Wiknjosastro, Hanifa, 1999: 237)
d.
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil, lama masa nifas
ini yaitu 6-8 minggu (Mochtar, Rustam, 1998:115)
e. Infeksi nifas adalah infeksi pada
dan melalui traktus genetalis setelah persalinan. Suhu 38 °C atau lebih yang
terjadi antara hari ke 2-10 postpartum dan diukur peroral sedikitnya empat kali
sehari
II.
PENYEBAB DAN CARA TERJADINYA INFEKSI
a.
Penyebab infeksi nifas
Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat
kandungan seperti eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari
tempat lain dalam tubuh) dan endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang
terbanyak dan lebih dari 50% adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak
patogen sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuinan-kuman yang sering
menyebabkan infeksi antara lain adalah :
1) Streptococcus haemoliticus anaerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
2) Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogn, infeksinya sedang, banyak di temukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampaknya sehat. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.
Masuknya secara eksogn, infeksinya sedang, banyak di temukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampaknya sehat. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.
3) Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva, dan endometriurn. Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi traktus urinarius.
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva, dan endometriurn. Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi traktus urinarius.
4) Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.
b. Cara terjadinya infeksi nifas
Infeksi dapat terjadi sebagai berikut:
Infeksi dapat terjadi sebagai berikut:
1) Tangan pemeriksa atau penolong yang
tertutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang
sudah ada dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung
tangan atau alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya
bebas dari kuman-kuman.
2) Droplet infection. Sarung tangan
atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau
tenggorokan dokter atau petugas kesehatan lainnya. Oleh karena itu, hidung dan
mulut petugas yang bekerja di kamar bersalin harus ditutup dengan masker dan
penderita infeksi saluran pernafasan dilarang memasuki kamar bersalin.
3) Dalam rumah sakit terlalu banyak
kuman-kuman patogen, berasal dari penderita-penderita dengan berbagai jenis
infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh aliran udara kemana-mana termasuk
kain-kain, alat-alat yang suci hama, dan yang digunakan untuk merawat wanita
dalam persalinan atau pada waktu nifas.
4) Koitus pada akhir kehamilan tidak
merupakan sebab infeksi penting, kecuali apabila mengakibatkan pecahnya
ketuban.
III.
FAKTOR PREDISPOSISI
a.
Semua keadaan yang menurunkan daya tahan penderita seperti perdarahan
banyak, diabetes, preeklamsi, malnutrisi, anemia. Kelelahan juga infeksi
lain yaitu pneumonia, penyakit jantung dan sebagainya.
banyak, diabetes, preeklamsi, malnutrisi, anemia. Kelelahan juga infeksi
lain yaitu pneumonia, penyakit jantung dan sebagainya.
b.
Proses persalinan bermasalah seperti partus lama/macet terutama dengan
ketuban pecah lama, korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang
baiknya proses pencegahan infeksi dan manipulasi yang berlebihan.
ketuban pecah lama, korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang
baiknya proses pencegahan infeksi dan manipulasi yang berlebihan.
c.
Tindakan obstetrik operatif baik pervaginam maupun perabdominam.
d.
Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah dalam
rongga rahim.
rongga rahim.
e. Episiotomi atau laserasi.
IV.
Gambaran Klinis Infeksi Nifas
a. Infeksi pada perineum, vulva, vagina
dan serviks
Gejalanya berupa rasa nyeri serta panas pada tempat infeksi dan kadang-kadang perih bila kencing. Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya tidak berat, suhu sekitar 38°C dan nadi di bawah 100 per menit. Bila luka terinfeksi tertutup oleh jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam bisa naik sampai 39 – 40°C dengan kadang-kadang disertai menggigil.
Gejalanya berupa rasa nyeri serta panas pada tempat infeksi dan kadang-kadang perih bila kencing. Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya tidak berat, suhu sekitar 38°C dan nadi di bawah 100 per menit. Bila luka terinfeksi tertutup oleh jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam bisa naik sampai 39 – 40°C dengan kadang-kadang disertai menggigil.
b. Endometritis
Kadang-kadang lokia tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokiametra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu. Uterus pada endometritis agak membesar, serta nyeri pada perabaan dan lembek.
Pada endometritis yang tidak meluas, penderita merasa kurang sehat dan nyeri perut pada hari-hari pertama. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal kembali.
Lokia pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal ini tidak boleh dianggap infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokia yang sedikit dan tidak berbau.
Kadang-kadang lokia tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokiametra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu. Uterus pada endometritis agak membesar, serta nyeri pada perabaan dan lembek.
Pada endometritis yang tidak meluas, penderita merasa kurang sehat dan nyeri perut pada hari-hari pertama. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal kembali.
Lokia pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal ini tidak boleh dianggap infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokia yang sedikit dan tidak berbau.
c. Septicemia dan piemia
Kedua-duanya merupakan infeksi berat namun gejala-gejala septicemia lebih mendadak dari piemia. Pada septicemia, dari permulaan penderita sudah sakit dan lemah. Sampai tiga hari postpartum suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai menggigil. Selanjutnya, suhu berkisar antara 39 – 40°C, keadaan umum cepat memburuk, nadi menjadi cepat (140 – 160 kali/menit atau lebih). Penderita meninggal dalam enam sampai tujuh hari postpartum. Jika ia hidup terus, gejala-gejala menjadi seperti piemia.
Pada piemia, penderita tidak lama postpartum sudah merasa sakit, perut nyeri, dan suhu agak meningkat. Akan tetapi gejala-gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta menggigil terjadi setelah kuman-kuman dengan embolus memasuki peredaran darah umum. Suatu ciri khusus pada piemia ialah berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat disertai menggigil, kemudian diikuti oleh turunnya suhu. Ini terjadi pada saat dilepaskannya embolus dari tromboflebitis pelvika. Lambat laun timbul gejala abses pada paru-paru, pneumonia dan pleuritis. Embolus dapat pula menyebabkan abses-abses di beberapa tempat lain.
Kedua-duanya merupakan infeksi berat namun gejala-gejala septicemia lebih mendadak dari piemia. Pada septicemia, dari permulaan penderita sudah sakit dan lemah. Sampai tiga hari postpartum suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai menggigil. Selanjutnya, suhu berkisar antara 39 – 40°C, keadaan umum cepat memburuk, nadi menjadi cepat (140 – 160 kali/menit atau lebih). Penderita meninggal dalam enam sampai tujuh hari postpartum. Jika ia hidup terus, gejala-gejala menjadi seperti piemia.
Pada piemia, penderita tidak lama postpartum sudah merasa sakit, perut nyeri, dan suhu agak meningkat. Akan tetapi gejala-gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta menggigil terjadi setelah kuman-kuman dengan embolus memasuki peredaran darah umum. Suatu ciri khusus pada piemia ialah berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat disertai menggigil, kemudian diikuti oleh turunnya suhu. Ini terjadi pada saat dilepaskannya embolus dari tromboflebitis pelvika. Lambat laun timbul gejala abses pada paru-paru, pneumonia dan pleuritis. Embolus dapat pula menyebabkan abses-abses di beberapa tempat lain.
d. Peritonitis
Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika. Selanjutnya, ada kemungkinan bahwa abses pada sellulitis pelvika mengeluarkan nanahnya ke rongga peritoneum dan menyebabkan peritonitis.
Peritonitis, yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis. Gejala-gejalanya tidak seberapa berat seperti pada peritonitis umum. Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Pada pelvioperitonitis bisa terdapat pertumbuhan abses. Nanah yang biasanya terkumpul dalam kavum douglas harus dikeluarkan dengan kolpotomia posterior untuk mencegah keluarnya melalui rektum atau kandung kencing.
Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika. Selanjutnya, ada kemungkinan bahwa abses pada sellulitis pelvika mengeluarkan nanahnya ke rongga peritoneum dan menyebabkan peritonitis.
Peritonitis, yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis. Gejala-gejalanya tidak seberapa berat seperti pada peritonitis umum. Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Pada pelvioperitonitis bisa terdapat pertumbuhan abses. Nanah yang biasanya terkumpul dalam kavum douglas harus dikeluarkan dengan kolpotomia posterior untuk mencegah keluarnya melalui rektum atau kandung kencing.
Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat
patogen dan merupakan penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat
dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada defense musculaire. Muka penderita,
yang mula-mula kemerah-merahan, menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin;
terdapat apa yang dinamakan facies hippocratica. Mortalitas peritonitis umum
tinggi.
e. Sellulitis pelvika (Parametritis)
Sellulitis pelvika ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai dengan rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai terhadap kemungkinan sellulitis pelvika.
Pada perkembangan peradangan lebih lanjut gejala-gejala sellulitis pelvika menjadi lebih jelas. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat meluas ke berbagai jurusan. Di tengah-tengah jaringan yang meradang itu bisa tumbuh abses. Dalam hal ini, suhu yang mula-mula tinggi secara menetap menjadi naik-turun disertai dengan menggigil. Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri. Dalam dua pentiga kasus tidak terjadi pembentukan abses, dan suhu menurun dalam beberapa minggu. Tumor di sebelah uterus mengecil sedikit demi sedikit, dan akhirnya terdapat parametrium yang kaku.
Jika terjadi abses, nanah harus dikeluarkan karena selalu ada bahaya bahwa abses mencari jalan ke rongga perut yang menyebabkan peritonitis, ke rektum, atau ke kandung kencing.
Sellulitis pelvika ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai dengan rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai terhadap kemungkinan sellulitis pelvika.
Pada perkembangan peradangan lebih lanjut gejala-gejala sellulitis pelvika menjadi lebih jelas. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat meluas ke berbagai jurusan. Di tengah-tengah jaringan yang meradang itu bisa tumbuh abses. Dalam hal ini, suhu yang mula-mula tinggi secara menetap menjadi naik-turun disertai dengan menggigil. Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri. Dalam dua pentiga kasus tidak terjadi pembentukan abses, dan suhu menurun dalam beberapa minggu. Tumor di sebelah uterus mengecil sedikit demi sedikit, dan akhirnya terdapat parametrium yang kaku.
Jika terjadi abses, nanah harus dikeluarkan karena selalu ada bahaya bahwa abses mencari jalan ke rongga perut yang menyebabkan peritonitis, ke rektum, atau ke kandung kencing.
f. Salpingitis dan ooforitis
Gejala salpingitis dan ooforitis tidak dapat di pisahkan dari pelvio peritonitis.
Gejala salpingitis dan ooforitis tidak dapat di pisahkan dari pelvio peritonitis.
V.
PENCEGAHAN INFEKSI NIFAS
a. Masa kehamilan
1) Mengurangi atau mencegah
faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi dan kelemahan serta
mengobati penyakit-penyakit yang diderita ibu.
2) Pemeriksaan dalam jangan dilakukan
kalau tidak ada indikasi yang perlu.
3) Koitus pada hamil tua hendaknya
dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati-hati karena dapat menyebabkan
pecahnya ketuban. Kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir.
b. Selama persalinan
Usaha-usaha pencegahan terdiri atas membatasi sebanyak mungkin masuknya kuman-kuman dalam jalan lahir :
Usaha-usaha pencegahan terdiri atas membatasi sebanyak mungkin masuknya kuman-kuman dalam jalan lahir :
1) Hindari partus terlalu lama dan
ketuban pecah lama/menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut.
2) Menyelesaikan persalinan dengan
trauma sedikit mungkin.
3) Perlukaan-perlukaan jalan lahir
karena tindakan baik pervaginam maupun perabdominam dibersihkan, dijahit
sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.
4) Mencegah terjadinya perdarahan
banyak, bila terjadi darah yang hilang harus segera diganti dengan tranfusi
darah.
5) Semua petugas dalam kamar bersalin
harus menutup hidung dan mulut dengan masker; yang menderita infeksi pernafasan
tidak diperbolehkan masuk ke kamar bersalin.
6) Alat-alat dan kain-kain yang dipakai
dalam persalinan harus suci hama.
7) Hindari pemeriksaan dalam
berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilisasi yang baik, apalagi
bila ketuban telah pecah.
c. Selama nifas
1) Luka-luka dirawat dengan baik jangan
sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat dan pakaian serta kain yang
berhubungan dengan alat kandungan harus steril.
2) Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya
diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu sehat.
3) Pengunjung-pengunjung dari luar
hendaknya pada hari-hari pertama dibatasi sedapat mungkin.
VI.
KLASIFIKASI
1) Infeksi terbatas lokalisasinya pada
perineum, vulva, serviks dan endometrium.
2) Infeksi yang menyebar ke tempat lain
melalui : pembuluh darah vena, pembuluh limfe dan endometrium.
VII.
PENANGAN UMUM
1) Antisipasi setiap kondisi (faktor
presdisposisi dan dlam proses persalinan) yang dapat berlanjut menjadi
penyulit/komplikasi dalam masa nifas.
2) Berikan pengobatan yang rasional dan
efektif bagi ibu yang mengalami infeksi nifas.
3) Lanjutkan pengamatan dan pengobatan
terhadap masalah atau infeksi yang dikenali pada saat kehamilan ataupun persalinan.
4) Jangan pulangkan penderita apabila masa
kritis belum terlampaui.
5) Beri catatan atau instruksi tertulis
untuk asuhan mandiri di rumah dan gejala-gejala yang harus diwaspadai dan harus
mendapat pertolongan dengan segera.
6) Lakukan tindakan dan perawatan yang
sesuai bagi bayi baru lahir, dari ibu yang mengalami infeksi pada saat
persalinan.
7) Berikan hidrasi oral/iv secukupnya.
VIII.
JENIS-JENIS INFEKSI
1) Endometritis
Jenis infeksi yang paling sering ialah endometritis.
Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas insersio plasenta,
dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium. Pada infeksi
dengan kuman yang tidak seberapa patogen radang terbatas pada endometritium.
Gambaran klinik tergantung jenis dan virulensi kuman, daya tahan penderita, dan
derajat trauma pada jalan lahir. Biasanya demam mulai 48 jam postpartum dan
bersifat naik turun (remittens). His royan dan lebih nyeri dari biasa dan lebih
lama dirasakan. Lochia bertambah banyak, berwarna merah atau coklat dan berbau.
Lochia berbau tidak selalu menyertai endometritis sebagai gejala. Sering ada
sub involusi. Leucocyt naik antara 15000-30000/mm³.
Sakit kepala, kurang tidur dan kurang nafsu makan
dapat mengganggu penderita. Kalau infeksi tidak meluas maka suhu turun dengan
berangsur-angsur dan turun pada hari ke 7-10. Pasien sedapatnya diisolasi, tapi
bayi boleh terus menyusu pada ibunya. Untuk kelancaran pengaliran lochia,
pasien boleh diletakkan dalam letak fowler dan diberi juga uterustonika. Pasien
disuruh minum banyak
2) Parametritis
Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang dapat
terjadi beberapa jalan :
Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari endometritis.
Penyebaran langsung dari luka pada serviks yang meluas sampai ke dasar ligamentum.
Penyebaran sekunder dari tromboflebitis. Proses ini dapat tinggal terbatas pada dasar ligamentum latum atau menyebar ekstraperitoneal ke semua jurusan. Jika menjalar ke atas, dapat diraba pada dinding perut sebelah lateral di atas ligamentum inguinalis, atau pada fossa iliaka.
Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari endometritis.
Penyebaran langsung dari luka pada serviks yang meluas sampai ke dasar ligamentum.
Penyebaran sekunder dari tromboflebitis. Proses ini dapat tinggal terbatas pada dasar ligamentum latum atau menyebar ekstraperitoneal ke semua jurusan. Jika menjalar ke atas, dapat diraba pada dinding perut sebelah lateral di atas ligamentum inguinalis, atau pada fossa iliaka.
Parametritis ringan dapat menyebabkan suhu yang
meninggi dalam nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari seminggu disertai
rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, hal ini patut
dicurigai terhadap kemungkinan parametritis. Pada perkembangan proses
peradangan lebih lanjut gejala-gejala parametritis menjadi lebih jelas. Pada
pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus dan
tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat meluas ke
berbagai jurusan. Di tengah-tengah jaringan yang meradang itu bisa tumbuh
abses. Dalam hal ini, suhu yang mula-mula tinggi secara menetap menjadi naik
turun disertai dengan menggigil. Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan perut
nyeri. Dalam ⅔ kasus tidak terjadi pembentukan abses, dan suhu menurun dalam
beberapa minggu. Tumor di sebelah uterus mengecil sedikit demi sedikit, dan
akhirnya terdapat parametrium yang kaku. Jika terjadi abses selalu mencari
jalan ke rongga perut yuang menyebabkan peritonitis, ke rectum atau ke kandung
kencing.
3) Peritonitis
Peritonitis dapat berasal dari penyebaran melalui
pembuluh limfe uterus, parametritis yang meluas ke peritoneum,
salpingo-ooforitis meluas ke peritoneum atau langsung sewaktu tindakan
perabdominal.
Peritonitis yang terlokalisir hanya dalam rongga pelvis disebut pelvioperitonitis, bila meluas ke seluruh rongga peritoneum disebut peritonitis umum, dan ini sangat berbahaya yang menyebabkan kematian 33% dari seluruh kematian akibat infeksi.
Peritonitis yang terlokalisir hanya dalam rongga pelvis disebut pelvioperitonitis, bila meluas ke seluruh rongga peritoneum disebut peritonitis umum, dan ini sangat berbahaya yang menyebabkan kematian 33% dari seluruh kematian akibat infeksi.
IX.
GAMBARAN KLINIS
1) Pelvioperitonitis : demam, nyeri
perut bagian bawah, nyeri pada pemeriksan dalam, kavum douglasi menonjol karena
adanya abses (kadang-kadang). Bila hal ini dijumpai maka nanah harus
dikeluarkan dengan kolpotomi posterior, supaya nanah tidak keluar menembus
rektum.
2) Poeritonitis umum adalah berbahaya
bila disebabkan oleh kuman yang patogen. Perut kembung, meteorismus dan dapat
terjadi paralitik ileus. Suhu badan tinggi, nadi cepat dan kecil, perut nyeri
tekan, pucat, muka cekung, kulit dingin, mata cekung yang disebut muka
hipokrates.diagnosa dibantu dengan pemeriksaan laboratorium.
X.
PENCEGAHAN
a) Massa kehamilan dengan cara
mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi
dan kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita ibu. Pemeriksaan
dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu. Begitu pula koitus
pada hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati-hati
karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban, kalau ini terjadi infeksi akan mudah
masuk dalam jalan lahir.
b) Masa perssalinan dengan cara :
·
Hindari
dalam berulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterelisasi yang baik apalagi
bila ketuban telah pecah.
·
Hindari
partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.
·
Jagalah
sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker, alat-alat harus suci hama.
·
Perlukaan-perlukaan
jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun perabdominal
dibersihkan,dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.
·
Pakaian dan
barang-barang atau alat-alat yang berhubungan dengan penderita harus terjaga
kesuci-hamaanya.
·
Perdarahan
yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang hilang harus segera diganti
dengan transfusi darah.
·
Luka-luka
dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat dan
pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandung kencing harus steril.
·
Penderita
dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur
dengan ibu sehat.
·
Tamu yang
berkunjung harus di batasi.
XI.
PENGOBATAN SECARA UMUM
Sebaiknya segera dilakukan pembiakan
(kultur) dan sekret vagina, luka operasi dan darah serta uji kepekaan untuk
mendapatkan antibiotika yang tepat dalam pengobatan. Berikan dalam dosis yang
cukup dan adekuat. Karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu, maka berikan
spektrum luas (broad spektrum) menunggu hasil laboratorium. Pengobatan
mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus atau transfusi darah diberikan,
perawatan lainnya sesuai dengan komplikasi yang dijumpai.
XII.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Infeksi berhubungan dengan trauma
persalinan, jalan lahir, dan
infeksi nasokomial.
Tujuan 1: mencegah dan mengurangi infeksi.
Intervensi:
infeksi nasokomial.
Tujuan 1: mencegah dan mengurangi infeksi.
Intervensi:
1. Kaji data pasien dalam ruang
bersalin.Infeksi perineum (menggunakan senter yang baik), catat warna, sifat
episiotomi dan warnanya. Perkiraan pinggir epis dan memungkinkan perdarahan
nyeri.
2. Kaji tinggi fundus uteri dan
sifatnya
3. Kaji lochia: jenis, jumlah, warna
dan sifatnya. Hubungkan dengan data post partum.
4. Kaji payudara: eritema, nyeri,
sumbatan dan cairan yang keluar (dari puting).
b) Nyeri berhubungan dengan infeksi
pada organ reproduksi.
Tujuan 2: nyeri berkurang dan terkontrol
Intervensi :
Tujuan 2: nyeri berkurang dan terkontrol
Intervensi :
1. Selidiki keluhan pasien akan
nyeri;perhatikan intensitas (0-10),lokasi,dan faktor pencetus
2. Awasi tanda vital,perhatikan
petunjuk non-verbal,misal:tegangan otot,gelisah.
3. Berikan lingkungan yang tenang dan kurangi
rangsangan penuh stress.
4. Berikan tindakan kenyamanan (misal:pijatan/masase
punggung).
5. Anjurkan untuk relaksasi dan
distraksi
c) Cemas/ketakutan berhubungan dengan perubahan
keadaan atau tujuan atau ancaman kematian.
Tujuan : klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang.
Intervensi :
Tujuan : klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang.
Intervensi :
1. Kaji respon psikologis klien
terhadap perdarahan paska persalinan.
Rasional : Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya
Rasional : Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya
2. Kaji respon fisiologis klien (
takikardia, takipnea, gemetar ).
Rasional : Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon fisiologis
Rasional : Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon fisiologis
3. Perlakukan pasien secara kalem,
empati, serta sikap mendukung.
Rasional : Memberikan dukungan emosi
Rasional : Memberikan dukungan emosi
4. Berikan informasi tentang perawatan
dan pengobatan.
Rasional : Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang tidak diketahui
Rasional : Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang tidak diketahui
5. Bantu klien mengidentifikasi rasa
cemasnya
Rasional : Ungkapan perasaan dapat mengurangi cemas.
Rasional : Ungkapan perasaan dapat mengurangi cemas.
6. Kaji mekanisme koping yang di
gunakan klien.
Rasional : Cemas yang berkepanjangan dapat dicegah dengan mekanisme koping.
Rasional : Cemas yang berkepanjangan dapat dicegah dengan mekanisme koping.
DAFTAR PUSTAKA
Mochtar,
Prof. Dr. Rustam, Sinopsis Obstetri, ECG, Jakarta, 1989.
Wiknjosastro. Hanifa. Prof. Dr, Ilmu Kebidanan, Edisi
III, Yayasan Bina Pustaka,
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1992.
Bagian Obstetri Dan Ginekologi FK, UNPAD. Obstetri
Patologi, Elstar Offset, Bandung, 1982.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar