GANGGUAN
KENYAMANAN
GANGGUAN KENYAMANAN PADA SAAT NIFAS
PENDAHULUAN
Pada masa nifas banyak hal adaptasi yang dialami pada
ibu. Setelah kelahiran bayi dan pengeluaran plasenta, ibu mengalami suatu
periode pemulihan kembali kondisi fisik dan psikologisnya.
Yang diharapkan pada periode 6 minggu setelah melahirkan adalah semua system dalam tubuh ibu akan pulih dari berbagai pengaruh kehamilan dan kembali pada keadaan sebelum hamil.
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Yang diharapkan pada periode 6 minggu setelah melahirkan adalah semua system dalam tubuh ibu akan pulih dari berbagai pengaruh kehamilan dan kembali pada keadaan sebelum hamil.
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung selama kira-kira enam minggu
(Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Ne’bnatal, 2001:122 dalam
situs http://silvinna.wordpress.com/2008/04/01/infeksi-nifas-post-partum/,
2009)
Masa nifas di definisikan sebagai periode selama dan tepat
setelah kelahiran. Namun secara popular diketahui istilah tersebut mencakup 6
minggu berikutnya saat terjadi involusi kehamilan normal (Huges, 1972 dalam buku
Williams obstetric, 2005).
Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa
dimana organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini
membutuhkan waktu sekitar enam minggu (Fairer, Helen, 2001:225 dalam situs
http://silvinna.wordpress.com/2008/04/01/infeksi-nifas-post-partum/, 2009)
Disini kita akan membahan gangguan kenyamanan pada saat nifas.
Disini kita akan membahan gangguan kenyamanan pada saat nifas.
A. PENGERTIAN
Nifas
adalah masa yang dimulai setelah melahirkan placenta dan berakhir setelah
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum keadaan hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira kira 6-8 minggu
Nifas
dibagi menjadi 3 priode:
1.
Puerpurium dini adalah kepulihan dimana ibu telah
diperoleh berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan
bekerja setelah 40 hari.
2.
Puerpurium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh
alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3.
Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk
pulih dan sehat sempurna bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bias berminggu-minggu, bulanan atau
tahunan.
Nifas
dibagi dalam 3 periode :
1.
Immediate puerperium : yaitu kepulihan dimana ibu
telah dibolehkan berdiri dan berjalan-jalan
mulainya post partum sampai dengan 24 jam.
mulainya post partum sampai dengan 24 jam.
2.
Early puerperium : yaitu mulai dari 1 hari sampai
dengan 7 hari post partum.
3.
Later puerperium : yaitu mulai dari 7 hari sampai dengan
6 minggu post partum.
B. Sistem
Reproduksi pada Masa Nifas
Walaupun
istilah involusi saat ini telah digunakan untuk menunjukkan kemunduran yang
terjadi pada setiap organ dan saluran reproduktif, kadang lebih banyak mengarah
secara spesifik pada kemunduran uterus yang mengarah ke ukurannya. (Varney’s
Midwivery)
Dalam
masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur
pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan alat-alat genital ini
dalam keseluruhannya disebut involusi.(Ilmu Kebidanan, Prof, Dr. dr. Sarwono
Prawirohardjo, SpOG)
Perubahan
yang terjadi di dalam tubuh seorang wanita sangatlah menakjubkan. Uterus atau
rahim yang berbobot 60 gram sebelum kehamilan secara perlahan-lahan bertambah
besarnya hingga 1 kg selama masa kehamilan dan setelah persalinan akan kembali
ke keadaan sebelum hamil. Seorang bidan dapat membantu ibu untuk memahami
perubahan-perubahan ini. Pada masa nifas terjadi perubahan dari tubuh ibu
kekeadaan sebelum hamil,perubahan tersebut adalah hal yang fisiologis bagi
perkembangan manusia sebagai wanita hamil.
1)
Involusi Uterus
Involusi
uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke
kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram. Involusi uteri dapat juga
dikatakan sebagai proses kembalinya uterus pada keadaan semula atau keadaan
sebelum hamil.
Involusi
uterus melibatkan reorganisasi dan penanggalan decidua/endometrium dan
pengelupasan lapisan pada tempat implantasi plasenta sebagai tanda penurunan
ukuran dan berat serta perubahan tempat uterus, warna dan jumlah lochia.
Proses
involusi uterus adalah sebagai berikut :
·
Iskemia Miometrium
Disebabkan oleh kontraksi
dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta membuat
uterus relative anemi dan menyebabkan serat otot atrofi
·
Autolysis
Autolysis merupakan proses
penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterine. Enzim proteolitik
akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya
dari semula dan lima kali lebar dari semula selama kehamilan atau dapat juga
dikatakan sebagai pengrusakan secara langsung jaringan hipertropi yang
berlebihan hal ini disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.
·
Efek Oksitosin
Oksitosin menyebabkan
terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh
darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini
membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta
mengurangi perdarahan.
Penurunan ukuran uterus yang cepat itu dicerminkan oleh perubahan lokasi uterus ketika turun keluar dari abdomen dan kembali menjadi organ pelviks. Segera setelah proses persalinan puncak fundus kira-kira dua pertiga hingga tiga perempat dari jalan atas diantara simfisis pubis dan umbilicus. Kemudian naik ke tingkat umbilicus dalam beberapa jam dan bertahan hingga satu atau dua hari dan kemudian secara berangsur-angsur turun ke pelviks yang secara abdominal tidak dapat terpalpasi di atas simfisis setelah sepuluh hari.
Penurunan ukuran uterus yang cepat itu dicerminkan oleh perubahan lokasi uterus ketika turun keluar dari abdomen dan kembali menjadi organ pelviks. Segera setelah proses persalinan puncak fundus kira-kira dua pertiga hingga tiga perempat dari jalan atas diantara simfisis pubis dan umbilicus. Kemudian naik ke tingkat umbilicus dalam beberapa jam dan bertahan hingga satu atau dua hari dan kemudian secara berangsur-angsur turun ke pelviks yang secara abdominal tidak dapat terpalpasi di atas simfisis setelah sepuluh hari.
Perubahan uterus ini
berhubungan erat dengan perubahan-perubahan pada miometrium. Pada miometrium
terjadi perubahan-perubahan yang bersifat proteolisis. Hasil dari proses ini
dialirkan melalui pembuluh getah bening.
Decidua tertinggal dalam
uterus setelah separasi dan ekspulsinplasenta dan membrane yang terdiri dari
lapisan zona basalis dan suatu bagian lapisan zona spongiosa pada decidua
basalis (tempat implantasi plasenta) dan decidua parietalis (lapisan sisa
uterus). Decidua yang tersisa ini menyusun kembali menjadi dua lapisan sebagai
hasil invasi leukosit yaitu :
a)
Suatu degenerasi nekrosis lapisan superficial yang
akan terpakai lagi sebagai bagian dari pembuangan lochia dan lapisan dalam
dekat miometrium.
b) Lapisan
yang terdiri dari sisa-sisa endometrium di lapisan basalis.
Endometrium akan
diperbaharui oleh proliferasi epithelium endometrium. Regenerasi endometrium
diselesaikan selama pertengahan atau akhir dari postpartum minggu ketiga
kecuali di tempat implantasi plasenta.
Dengan involusi uterus ini,
maka lapisan luar dari decidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi
nekrotik. Decidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan, suatu
campuran antara darah yang dinamakan lochia, yang biasanya berwarna merah muda
atau putih pucat. Pengeluaran Lochia ini biasanya berakhir dalam waktu 3 sampai
6 minggu.
2) Involusi
tempat plasenta
Setelah
persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan kasar, tidak rata
dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini mengecil, pada
akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan
luka bekas plasenta khas sekali. Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung
banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus. Biasanya luka yang
demikian sembuh dengan menjadi parut, tetapi luka bekas plasenta tidak
meninggalkan parut. Hal ini disebabkan karena luka ini sembuh dengan cara
dilepaskan dari dasarnya tetapi diikuti pertumbuhan endometrium baru di bawah
permukaan luka.
Endometrium
ini tumbuh dari pinggir luka dan juga dari sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.
Regenerasi endometrium terjadi di tempat implantasi plasenta selama sekitar 6 minggu. Epitelium berproliferasi meluas ke dalam dari sisi tempat ini dan dari lapisan sekitar uterus serta di bawah tempat implantasi plasenta dari sisa-sisa kelenjar basilar endometrial di dalam deciduas basalis. Pertumbuhan kelenjar endometrium ini berlangsung di dalam decidua basalis. Pertumbuhan kelenjar ini pada hakekatnya mengikis pembuluh darah yang meembeku pada tempat implantasi plasenta yang menyebabkannya menjadi terkelupas dan tak dipakai lagi pada pembuangan lochia.
Regenerasi endometrium terjadi di tempat implantasi plasenta selama sekitar 6 minggu. Epitelium berproliferasi meluas ke dalam dari sisi tempat ini dan dari lapisan sekitar uterus serta di bawah tempat implantasi plasenta dari sisa-sisa kelenjar basilar endometrial di dalam deciduas basalis. Pertumbuhan kelenjar endometrium ini berlangsung di dalam decidua basalis. Pertumbuhan kelenjar ini pada hakekatnya mengikis pembuluh darah yang meembeku pada tempat implantasi plasenta yang menyebabkannya menjadi terkelupas dan tak dipakai lagi pada pembuangan lochia.
3) Perubahan
Ligamen
Ligamen-ligamen
dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus,
setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak
jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus
menjadi retroflexi. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun”
setelah melahirkan oleh karena ligament, fasia, jaringan penunjang alat genetalia
menjadi agak kendor.
4) Perubahan
pada Serviks
Serviks
mengalami involusi bersama-sama uterus. Perubahan-perubahan yang terdapat pada
serviks postpartum adalah bentuk serviks yang akan menganga seperti corong.
Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,
sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada perbatasan
antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin. Warna serviks sendiri
merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah.
Beberapa
hari setelah persalinan, ostium externum dapat dilalui oleh 2 jari,
pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak karena robekan dalam
persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja, dan
lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas dari canalis cervikallis.
Pada
serviks terbentuk sel-sel otot baru yang mengakibatkan serviks memanjang
seperti celah. Karena hyper palpasi ini dank arena retraksi dari serviks,
robekan serviks menjadi sembuh. Walaupun begitu, setelah involusi selesai,
ostium externum tidak serupa dengan keadaannya sebelum hamil, pada umumnya
ostium externum lebih besar dan tetap ada retak-retak dan robekan-robekan pada
pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya. Oleh robekan ke samping ini
terbentuk bibir depan dan bibir belakang pada serviks.
5) Lochia
Dengan
adanya involusi uterus, maka lapisan luar dari decidua yang mengelilingi situs
plasenta akan menjadi nekrotik. Decidua yang mati akan keluar bersama dengan
sisa cairan. Campuran antara darah dan decidua tersebut dinamakan Lochia, yang
biasanya berwarna merah muda atau putih pucat.
Lochia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochia mempunyai bau yang amis meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Secret mikroskopik Lochia terdiri dari eritrosit, peluruhan deciduas, sel epitel dan bakteri. Lochia mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran Lochia dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya diantaranya :
Lochia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochia mempunyai bau yang amis meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Secret mikroskopik Lochia terdiri dari eritrosit, peluruhan deciduas, sel epitel dan bakteri. Lochia mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran Lochia dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya diantaranya :
a.
Lochia Rubra/ merah (kruenta)
Lochia ini muncul pada hari
pertama sampai hari ketiga masa postpartum. Sesuai dengan namanya, warnanya
biasanya merah dan mengandung darah dari perobekan/luka pada plasenta dans
erabut dari deciduas dan chorion. Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa,
rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa darah.
b.
Lochia Serosa
Lochia ini muncul pada hari
kelima sampai kesembilan postpartum. Warnanya biasanya kekuningan atau
kecoklatan. Lochia ini terdiri dari lebih sedikit darah dan lebih banyak serum,
juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta.
c.
Lochia Alba
Lochia ini muncul lebih
dari hari kesepuluh postpartum. Warnanya lebih pucat, putih kekuningan dan
lebih banyak mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan
yang mati.
Bila pengeluaran Lochia tidak lancar maka disebut Lochiastasis. Kalau Lochia tetap berwarna merah setelah 2 minggu ada kemungkinan tertinggalnya sisa plasenta atau karena involusi yang kurang sempurna yang sering disebabkan retroflexio uteri.
Bila pengeluaran Lochia tidak lancar maka disebut Lochiastasis. Kalau Lochia tetap berwarna merah setelah 2 minggu ada kemungkinan tertinggalnya sisa plasenta atau karena involusi yang kurang sempurna yang sering disebabkan retroflexio uteri.
Lochia mempunyai suatu karakteristik bau yang
tidak sama dengan secret menstrual. Bau yang paling kuat pada Lochia Serosa dan
harus dibedakan juga dengan bau yang menandakan infeksi.
Lochia disekresikan dengan jumlah banyak pada
awal jam postpartum yang selanjutnya akan berkurang sejumlah besar sebagai
lochia rubra, sejumlah kecil sebagai lochia serosa dan sejumlah lebih sedikit
lagi lochia alba.
Umumnya jumlah lochia lebih sedikit bila wanita
postpartum berada dalam posisi berbaring daripada berdiri. Hal ini terjadi
akibat pembuangan bersatu di vagina bagian atas manakala wanita dalam posisi
berbaring dan kemudian akan mengalir keluar manakala dia berdiri.
Total jumlah rata-rata pembuangan Lochia
kira-kira 8 hingga 9 oz atau sekitar 240 hingga 270 ml. (Varney’s Midwifery)
6) Perubahan
pada Vulva, Vagina dan Perineum
Vulva dan
vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses
melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua
organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina
kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur
akan muncul kembali sementara labia manjadi lebih menonjol.
Segera
setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh
tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5, perineum
sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur
dari pada keadaan sebelum melahirkan.
Ukuran
vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan
pertama. Meskipun demikian, latihan otot perineum dapat mengembalikan tonus
tersebut dan dapat mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat
dilakukan pada akhir puerperium dengan latihan harian.
INVOLUSI
ALAT-ALAT KANDUNGAN
1.
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil
(involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
2.
Bekas implantasi uri: Plasenta bed mengecil karena
kontarksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. sesudah 2 minggu
menjadi 3,5 cm, pada minggu keenam 2,4 cm, da akhirnya pulih.
3.
Lika-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi
akan sembuh dalam 6-7 hari.
4.
Rasa sakit, yang disebut after pains, (merian atau
mules-mules) disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca
persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila
terlalu mengganggu dapat diberikan obat-obat antisakit dan antimules.
5.
Lochia adalah cairan secret yang berasal dari kavum
uteri dan vagina dalam masa nifas.
• Luchia rubra ( cruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseasa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan.
• Luchia sanguinoleta: berwarna merah kuning berisi darah dan lender, hari ke 3-7 pasca persalinan.
• Luchia serosa: berwarna kuning, tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan. Berwarna coklat muda / kekuningan lamanya dimulai dari hari ke 7 sampai hari ke10 mengandung lendir saja.
• Luchia alba: cairan putih setelah 2 minggu. Berwarna putih, mulai hari ke 14, mengandung leukosit sel epitel, mucosa servic dan kuman yang telah mati, bila terjadi infeksi disebut lochea purulenta, lochea ini akan berbau busuk dan bernanah jika keluarnya tidak lancar disebut lochea statis.
• Luchia purulenta: terjadi infeksi, karena cairan seperti nanah berbau busuk.
• Lochiostatis: luchia tidak lancar keluarnya.
• Luchia rubra ( cruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseasa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan.
• Luchia sanguinoleta: berwarna merah kuning berisi darah dan lender, hari ke 3-7 pasca persalinan.
• Luchia serosa: berwarna kuning, tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan. Berwarna coklat muda / kekuningan lamanya dimulai dari hari ke 7 sampai hari ke10 mengandung lendir saja.
• Luchia alba: cairan putih setelah 2 minggu. Berwarna putih, mulai hari ke 14, mengandung leukosit sel epitel, mucosa servic dan kuman yang telah mati, bila terjadi infeksi disebut lochea purulenta, lochea ini akan berbau busuk dan bernanah jika keluarnya tidak lancar disebut lochea statis.
• Luchia purulenta: terjadi infeksi, karena cairan seperti nanah berbau busuk.
• Lochiostatis: luchia tidak lancar keluarnya.
6.
Serviks: setelah persalinan, bentuk serviks agak
menyangga seperti corong berwarna merah kehitaman. Setelah bayi lahir, tangan
masih bias masuk rongga rahim; setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari da
setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
7.
Ligament-ligamen: Ligamen, fasia, dan diagfragma
pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara
berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus
jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamentum rotundum menjadi
kendor. Setelah melahirkan, kebiasaan wanita Indonesia melakukan “berkusuk”
atau “berurut”, dimana sewaktu dikusuk tekanan intra-abdomen bertambah tinggi.
Karena setelah melahirkan ligament, fasia, dan jaringan penunjang menjadi
kendor, jika dilakukan kusuk/urut, banyak wanita akan mengeluh ”kandungannya
turun” atau “terbalik”. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan
latihan-latihan dan gimnastik pasca persalinan.
C. PERUBAHAN
SISTEM PENCERNAAN
Sistem pencernaan pada masa nifas
Sistem pencernaan pada masa nifas
a)
Nafsu Makan
Ibu biasanya lapar segera
setelah melahirkan, sehingga ia boleh mengonsumsi makanan ringan. Ibu sering
kali cepat lapar setelah melahirkan dan siap makan pada 1-2 jam post
primordial, dan dapat ditoleransi dengan diet yang ringan.
Setelah benar-benar pulih
dari efek analgesia, anastesia, dan keletihan, kebanyakan ibu merasa sangat
lapar. Permintaan untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah yang biasa
dikonsumsi disertai konsumsi camilan yang sering ditemukan. kerapkali untuk
pemulihan nafsu makan, diperlukan waktu 3 – 4 hari sebelum faal usus kembali
normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan
makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh
berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan
enema.
b) Motilitas
Secara khas, penurunan
tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat
setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat
pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal
c)
Pengosongan Usus
Buang air besar secara
spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan.
Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses
persalinan dan pada awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema
sebelum melahirkan, kurang makan atau dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga
nyeri saat defekasi karena nyeri yang dirasakannya di perineum akibat
episiotomi, laserasi atau hemoroid. Kebiasaan buang air yang teratur perlu
dicapai kembali setelah tonus usus kembali normal.
Kebiasaan mengosongkan usus secara regular perlu dilatih kembali untuk merangsang pengosongan usus.
Kebiasaan mengosongkan usus secara regular perlu dilatih kembali untuk merangsang pengosongan usus.
Sistem pencernaan pada masa
nifas membutuhkan waktu yang berangsur-angsur untuk kembali normal. Pola makan
ibu nifas tidak akan seperti biasa dalam beberapa hari dan perineum ibu akan
terasa sakit untuk defekasi. Faktor-faktor tersebut mendukung konstipasi pada
ibu nifas dalam minggu pertama. Suppositoria dibutuhkan untuk membantu
eliminasi pada ibu nifas. Akan tetapi proses konstipasi juga dapat dipengaruhi
oleh kurangnya pengetahuan ibu dan kekhawatiran lukanya akan terbuka bila ibu
buang air besar.
D. PERUBAHAN
SISTEM PERKEMIHAN
a.
Fungsi Sistem Perkemihan
·
Mencapai hemostatis internal
1)
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Cairan yang terdapat dalam
tubuh terdiri dari air dan unsur-unsur yang terlarut di dalamnya. 70 % dari air
tubuh terletak di dalam sel-sel dan dikenal sebagai cairan intraselular.
kandungan air sisanya disebut cairan ekstraselular. Cairan ekstraselular dibagi
antara plasma darah, dan cairan yang langsung memberikan lingkungan segera
untuk sel-sel yang disebut cairan interstisial (Cambridge, 1991 : 2)
Edema adalah tertimbunnya
cairan dalam jaringan akibat gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh.
Dehidrasi adalah kekurangan
cairan atau volume air yang terjadi pada tubuh karena pengeluaran berlebihan
dan tidak diganti.
·
Keseimbangan asam basa tubuh
batas normal PH cairan
tubuh adalah 7,35-7,40
Bila PH >7,4 disebut alkalosis dan jika PH < 7,35 disebut asidosis .
Bila PH >7,4 disebut alkalosis dan jika PH < 7,35 disebut asidosis .
·
Mengeluarkan sisa metabolisme, racun dan zat toksin
ginjal mengekskresi hasil akhir metabolisme protein yang mengandung nitrogen
terutama : urea, asam urat, dan kreatinin.
b.
Keseimbangan dan keselarasan berbagai proses di dalam
tubuh
·
Pengaturan Tekanan Darah
menurunkan volume darah dan
serum sodium (Na) akan meningkatkan serum pottasium lalu merangsang pengeluaran
renin yang dalam aliran darah diubah menjadi angiotensin yang akan
mengekskresikan aldosteron sehingga mengakibatkan terjadinya retensi Na+ + H2O
kemudian terjadi peningkatan volume darah yang meningkatkan tekanan darah.
Angiotensin juga dapat menjadikan vasokontriksi perifer yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
Angiotensin juga dapat menjadikan vasokontriksi perifer yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
·
Perangsangan produksi sel darah merah
Dalam pembentukan sel darah
merah diperlukan hormon eritropoietin untuk merangsang sumsum tulang hormon ini
dihasilkan oleh ginjal.
c.
Sistem Urinarius
Perubahan hormonal pada
masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut menyebabkan peningkatan fungsi
ginjal, sedangkan penurunan kadar sterorid setelah wanita melahirkan sebagian
menjelaskan sebab penurunan funngsi ginjal selama masa pasca partum. Fungsi
ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan.
diperlukan kira-kira dua sampai 8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan
dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil
(Cunningham, dkk ; 1993). Pada sebagian kecil wanita, dilaktasi traktus
urinarius bisa menetap selama tiga bulan.
d.
Komponen Urine
Glikosuria ginjal
diinduksikan oleh kehamilan menghilang. Laktosuria positif pada ibu meyusui
merupakan hal yang normal. BUN (blood urea nitrogen), yang meningkat selama
pasca partum, merupakan akibat otolisis uterus yang berinvolusi, Pemecahan
kelebihan protein di dalam sel otot uterus juga menyebabkan proteinuria ringan
(+1) selama satu sampai dua hari setelah wanita melahirkan. Hal ini terjadi
pada sekitar 50% wanita. Asetonuria bisa terjadi pada wanita yang tidak mengalami
komplikasi persalinan atau setelah suatu persalinan yang lama dan disertai
dehidrasi.
e.
Diuresis Postpartum
Dalam 12 jam pasca
melahirkan, ibu mulai membuang kelebihan cairan yang tertimbun di jaringan
selama ia hamil. salah satu mekanisme untuk mengurangi cairan yang teretensi
selama masa hamil ialah diaforesis luas, terutama pada malam hari, selama dua
sapai tiga hari pertema setelah melahirkan. Diuresis pascapartum, yang
disebabkan oleh penurunan kadar estrogen, hilangnya peningkatan tekanan vena
pada tingkat bawah, dan hilangnya peningkatan volume darah akibat kehamilan,
merupakan mekanisme tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan. Kehilangan cairan
melalui keringat dan peningkatan jumlah urine menyebabkan penurunan berat badan
sekitar 2,5 kg selama masa pasca partum. Pengeluaran kelebihan cairan yang
tertimbun selama hamil kadang-kadang disebut kebalikan metabilisme air pada
masa hamil (reversal of the water metabolisme of pregnancy)
f.
Uretra dan Kandung Kemih
Trauma bila terjadi pada
uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati
jalan lahir. Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemesis dan edema,
seringkali disertai di daerah-daerah kecil hemoragi. Kandung kemih yang oedema,
terisi penuh dan hipotonik dapat mengakibatkan overdistensi, pengosongan yang
tak sempurna dan urine residual kecuali jika dilakukan asuhan untuk mendorong
terjadinya pengosongan kandung kemih bahkan saat tidak merasa untuk berkemih.
Pengambilan urine dengan
cara bersih atau melalui kateter sering menunjukkan adanya trauma pada kandung
kemih. Uretra dan meatus urinarius bisa juga mengalami edema.
Kombinasi trauma akibat
kelahiran, peningkatan kapasitas kandung kemih setelah bayi lahir, dan efek
konduksi anestesi menyebabkan keinginan untuk berkemih menurun. Selain itu,
rasa nyeri pada panggul yang timbul akibat dorongan saat melahirkan, leserasi
vagina, atau episiotomi menurunkan atau mengubah refleks berkemih. Penurunan
berkemih, seiring diuresis pascapartum, bisa menyebabkan distensi kandung
kemih. Distensi kandung kemih yang muncul segera setelah wanita melahirkan
dapat menyebabkan perdarahan berlebih karena keadaan ini bisa menghambat uterus
berkontraksi dengan baik. pada masa pascapartum tahap lanjut, distensi yang
berlebihan ini dapat menyebabkan kandung kemih lebih peka terhadap infeksi
sehingga mengganggu proses berkemih normal (Cinningham, dkk, 1993). Apabila
terjadi distensi berlebih pada kandung kemih dalam mengalami kerusakan lebih
lanjut (atoni). Dengan mengosongkan kandung kemih secara adekuat, tonus kandung
kemih biasanya akan pulih kembali dalam lima sampai tujuh hari setelah bayi
lahir.
E. PERUBAHAN
SISTEM MUSKULOSKELETAL / DIASTASIS RECTUS ABDOMINKUS
Sistem muskuloskeletel pada
masa nifas
Adaptasi
sistem muskuloskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung secara
terbalik padsa masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu
relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat gravitasi ibu akibat
pembesaran rahim. Stabilisasi sendi lengkap pada minggu ke-6 sampai minggu ke-8
setelah wanita melahirkan. Akan tetapi, walaupun semua sendi lain kembali
normal sebelum hamil, kaki wanita tidak mengalami perubahan setelah melahirkan.
a.
Dinding perut dan peritoneum
Setelah persalinan, dinding
perut longgar karena diregang begitu lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam
6 minggu. Kadang-kadang pada wanita yang asthenis terjadi diastasis dari
otot-otot rectus abdominis sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah
hanya terdiri dari peritoneum, fascia tipis dan kulit. Tempat yang lemah ini
menonjol kalau berdiri atau mengejan.
b.
Kulit abdomen
Kulit abdomen yang melebar
selama masa kehamilan tampak melonggar dan mengendur sampai berminggu-minggu
atau bahkan berbulan-bulan yang dinamakan strie. Melalui latihan postnatal,
otot-otot dari dinding abdomen seharusnya dapat normal kembali dalam beberapa
minggu.
c.
Striae
Striae pada dinding abdomen
tidak dapat menghilang sempurna melainkan membentuk garis lurus yang samar. Ibu
postpartum memiliki tingkat diastasis sehingga terjadi pemisahan muskulus
rektus abdominishal tersebut dapat dilihat dari pengkajian keadaan umum,
aktivitas, paritas, jarak kehamilan yang dapat menentukan berapa lama tonus
otot kembali normal.
d.
Perubahan Ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma
pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin
lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang
ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi
retroflexi. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah
melahirkan oleh karena ligament, fasia, jaringan penunjang alat genetalia
menjadi agak kendor.
e.
Simpisis pubis
Meskipun relatif jarang,
tetapi simpisis pubis yang terpisah ini merupakan penyebab utama morbiditas
maternal dan kadang-kadang penyebab ketidakmampuan jangka panjang. Hal ini
biasanya ditandai oleh nyeri tekan signifikan pada pubis disertai peningkatan
nyeri saat bergerak ditempat tidur atau saat berjalan. Pemisahan simpisis dapat
dipalpasi. Sering kali klien tidak mampu berjalan tanpa bantuan. Sementara pada
kebanyakan wanita gejala menghilang setelah beberapa minggu atau bulan, pada
beberapa wanita lain gejala dapat menetap sehingga diperlukan kursi roda.
F.
BABY BLUE (POST PARTUM BLUES)
Merupakan
kesedihan atau kemurungan setelh melahirkan, biasanya hanya muncul sementara
waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi yang diyandain
dengan gejala-gejala sbb:
ü Cemas
tanpa sebab
ü Menangis
tanpa sebab
ü Tidak
sabar
ü Tidak percaya
diri
ü Sensitive
ü Mudah
tersinggung
ü Merasa
kurang menyayangi bayinya
Jika hal
ini dianggap enteng, keadaan ini bisa serius dan bisa bertahan dua minggu
sampai satu tahun dan akan berlanjut menjadi Post Partum Sindrome.
Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan post partum blues ada dua cara yaitu :
Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan post partum blues ada dua cara yaitu :
1)
Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik.
2)
Dengan cara peningkatan support mental/ dukungan
keluarga.
KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Tujuan dari komunikasi
terapeutik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien
dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
Ø Mendorong
pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi.
Ø Dapat
memahami dirinya
Ø Dapat
mendukung tindakan konstruktif.
G. PENINGKATAN
SUPPORT MENTAL/DUKUNGAN KELUARGA DALAM MENGATASI GANGGUAN
PSIKOLOGIS YANG BERHUBUNGAN DENGAN MASA NIFAS.
PSIKOLOGIS YANG BERHUBUNGAN DENGAN MASA NIFAS.
Dalam
menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sbb :
a.
Fase Taking in yaiyu periode ketergantungan yang
berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat
itu focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses
persalinan sering berulang diceritakannya. Hal ini membuat cenderung inu
menjadi pasif terhadap lingkungannya.
b.
Fase taking hold Yaitu periode yang berlangsung antara
3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan
ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini
ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk
menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul
percaya diri.
c.
Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab
akan peran barunya yang verlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah
dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya sudah meningkat.
Ada kalanya, ibu mengalami
perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya keadaan ini disebut baby blues.
Jika hal ini terjadi, disarankan untuk melakukan hal-hal berikut ini :
Minta bantuan suami atau keluarga yang lain,
Minta bantuan suami atau keluarga yang lain,
·
jika membutuhkan istirahat untuk menghilangkan
kelelahan.
·
Beritahu suami mengenai apa yang sedang ibu rasakan.
Mintalah dukungan dan pertolongannya.
Buang rasa cemas dan kekhawatiran akan kemampuan merawat bayi karena semakin sering merawat bayi, ibu akan semakin terampil dan percaya diri.
Buang rasa cemas dan kekhawatiran akan kemampuan merawat bayi karena semakin sering merawat bayi, ibu akan semakin terampil dan percaya diri.
·
Carilah hiburan dan luangkan waktu untuk diri sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
Mohtar, Rustam Prof. Dr.
Sinopsis obstetric Jakarta. EKG 2002
V. Ruth Bennet. Myles
Textbook for Midwifery. 2001. Churcill Livingstone: London
Varney. Varney’s Midwifery.
Bobak, dkk.Keperawatan
Maternitas.1996EGC:Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar