KELAINAN
SEKRESI ASI
Penyebab ASI tidak keluar..........??
Secara alamiah semua ASI akan keluar. Tuhan tak
membedakan satu ibu dengan lainnya. Hanya saja tergantung dari keyakinan diri
ibu sendiri. Jadi, harus dari awal diniatkan dan disiapkan. Misal, waktu
antenatal, payudaranya diurut, putingnya kalau ke dalam ditarik. Ini bisa
dilakukan sejak trimester ketiga kehamilan. Dan mulai lagi setelah hari ketiga
melahirkan.
Jika ASI tak keluar sama sekali, harus didiskusikan
dengan ahli kebidanannya. Bisa karena minumnya kurang banyak atau makannya,
atau ibunya kurang confident karena faktor psikologi juga berpengaruh. Makin
cemas, makin tak keluar ASI-nya. Itu sebab, dalam memberikan ASI harus di
ruangan yang tenang, tak banyak ngobrol, boleh sambil mendengarkan musik
klasik, relaks. Tentu posisi menyusui harus betul: perut bayi bertemu dengan
perut ibu. Tidak asal taruh bayinya karena bisa lecet-lecet puting ibunya.
Manakah yang lebih dianjurkan, memerah ASI dengan
tangan/manual ataukah dengan mesin? Bolehkah bila bayi kelaparan diberikan air
putih?
Memerah dengan mesin hanya soal waktu saja yang lebih
cepat dibanding manual. Pemerahan yang benar dilakukan setelah pemberian ASI
secara langsung pada bayi, sampai terasa payudaranya tak lagi keras dan sudah
terasa kosong, tak ada lagi yang keluar. Jadi, kalau, misal, kosongnya 200 cc,
maka produksinya pun akan sebanyak itu pula.
Anak bayi itu mirip dengan anak usia setahun, perutnya
kosong setelah 4-6 jam. Jadi kalau bayinya tidur tak perlu dibangunkan untuk
diberikan ASI. Pemberian ASI secara langsung tak bisa diukur jumlahnya.
Ukurannya cukup bila BB-nya bertambah sesuai yang diharapkan.
Pemberian air putih hanya untuk membilas sehabis
menyusu, sebanyak 2-3 sendok atau sekitar 15 cc. Air putih tak bisa
mengenyangkan bayi, tapi bikin kembung. Kenyang diperoleh dari kalori.
Penghambat produksi ASI
1. Feedback
inhibitor :
Suatu
faktor lokal, bila saluran ASI penuh mengirim impuls untuk mengurangi produksi.
Cara mengatasi : saluran
dikosongkan secara teratur (ASI eksklusif dan tanpa jadwal).
2. Stress /
rasa sakit : akan menghambat atau inhibisi pengeluaran oksitosin. Misalnya pada
saat Sinus laktiferus penuh/payudara sudah bengkak
3. Penyapihan
REFLEK EJEKSI ASI
Keluarnya
ASI terjadi akibat kontraksi sel mioepitelial dari alveolus dan ductuli (gambar
atas) yang berlangsung akibat adanya reflek ejeksi ASI ( let-down
reflex ).
Reflek
ejeksi ASI diawali hisapan oleh bayi → hipotalamus → hipofisis mengeluarkan oksitosin kedalam
sirkulasi darah ibu ( gambar atas). Oksitosin menyebabkan
terjadinya kontraksi sel mioepitelial dan ASI disalurkan kedalam alveoli dan
ductuli → ductus
yang lebih besar →
penampungan subareolar. Oksitosin mencegah keluarnya dopamin dari
hipotalamus sehingga produksi ASI dapat berlanjut.
Emosi
negatif dan faktor fisik dapat mengurangi reflek ejeksi ASI, tugas perawatan
pasca persalinan antara lain meliputi usaha untuk meningkatkan keyakinan
seorang ibu bahwa dia mampu untuk memberikan ASI kepada bayinya.
Pernyataan bersama antara WHO dan UNICEF yang dipublikaskan tahun 1989 dibawah memperlihatkan dukungan apa yang diperlukan bagi keberhasilan laktasi.
Pernyataan bersama antara WHO dan UNICEF yang dipublikaskan tahun 1989 dibawah memperlihatkan dukungan apa yang diperlukan bagi keberhasilan laktasi.
Stress menyebabkan gangguan sekresi ASI
Umumnya, setelah melahirkan, sebagian ibu
mengkhawatirkan sedikitnya produksi ASI. Sebaiknya, jika hal ini terjadi jangan
panik dan menyerah. Pentingnya stimulasi dari keluarga khususnya suami agar
seorang ibu dapat memberikan ASI sebagai makanan terbaik dan alami untuk sang
bayi.
“Cara meningkatkan produksi ASI atau mengalirkannya kepada bayi, adalah dengan lebih sering menyusui. Jika kondisinya tidak bisa menyusui langsung, lakukan dengan memerah ASI. Dengan begitu ASI akan terus diproduksi secara alami,” papar Farahdiba Tenrilemba Jafar,
Sekretaris Jenderal Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), saat workshop bertema “Breastfeeding Tips for Working Moms” di Sekolah Cikal, TB Simatupang, Jakarta, Sabtu (24/ 7/2010) lalu.
Persoalannya, orangtua sudah lebih dahulu menyerah dengan mengatakan payudara tidak bisa menghasilkan ASI, bahkan mempersoalkan ukuran payudara sebagai penyebab ASI tidak bisa diproduksi. Semua bentuk dan ukuran payudara bisa menyusui, tegas Dibha. ASI juga sudah mulai diproduksi sebelum bayi lahir, dan sudah dihasilkan saat masa persalinan.
Hanya saja, kata Dibha, memang dalam 72 jam pertama setelah melahirkan produksi ASI masih sedikit. Pada masa ini, yang keluar adalah kolostrum, yakni ASI yang warnanya lebih bening atau putih, jelas Dibha. “Jangan panik dulu jika pada tiga hari pertama setelah persalinan ASI
belum banyak keluar. Produksi ASI belum banyak karena tubuh sedang dalam masa peralihan hormon, dari hamil ke hormon oksitosin atau menyusui,” Dibha mengingatkan.
Lambung bayi pada masa ini juga masih kecil, dan hanya bisa menampung 5-7 mililiter susu.
“Jikapun, karena panik, orangtua langsung memberikan susu formula, bayi sulit mencernanya. Susu formula jumlahnya bisa mencapai 30 mililiter, sedangkan kapasitas lambung bayi yang baru dilahirkan hanya maksimal 7 mililiter,” jelas Dibha.
“Cara meningkatkan produksi ASI atau mengalirkannya kepada bayi, adalah dengan lebih sering menyusui. Jika kondisinya tidak bisa menyusui langsung, lakukan dengan memerah ASI. Dengan begitu ASI akan terus diproduksi secara alami,” papar Farahdiba Tenrilemba Jafar,
Sekretaris Jenderal Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), saat workshop bertema “Breastfeeding Tips for Working Moms” di Sekolah Cikal, TB Simatupang, Jakarta, Sabtu (24/ 7/2010) lalu.
Persoalannya, orangtua sudah lebih dahulu menyerah dengan mengatakan payudara tidak bisa menghasilkan ASI, bahkan mempersoalkan ukuran payudara sebagai penyebab ASI tidak bisa diproduksi. Semua bentuk dan ukuran payudara bisa menyusui, tegas Dibha. ASI juga sudah mulai diproduksi sebelum bayi lahir, dan sudah dihasilkan saat masa persalinan.
Hanya saja, kata Dibha, memang dalam 72 jam pertama setelah melahirkan produksi ASI masih sedikit. Pada masa ini, yang keluar adalah kolostrum, yakni ASI yang warnanya lebih bening atau putih, jelas Dibha. “Jangan panik dulu jika pada tiga hari pertama setelah persalinan ASI
belum banyak keluar. Produksi ASI belum banyak karena tubuh sedang dalam masa peralihan hormon, dari hamil ke hormon oksitosin atau menyusui,” Dibha mengingatkan.
Lambung bayi pada masa ini juga masih kecil, dan hanya bisa menampung 5-7 mililiter susu.
“Jikapun, karena panik, orangtua langsung memberikan susu formula, bayi sulit mencernanya. Susu formula jumlahnya bisa mencapai 30 mililiter, sedangkan kapasitas lambung bayi yang baru dilahirkan hanya maksimal 7 mililiter,” jelas Dibha.
Anda tak perlu khawatir karena volume ASI akan terus
meningkat paska melahirkan. Tentunya jika distimulasi dengan isapan bayi. Pada
kondisi tertentu, seperti bayi lahir prematur, Anda bisa memerah ASI dan
meminumkannya ke bayi dengan cara yang tepat.
Penting juga untuk dipahami orangtua, bahwa ASI takkan pernah habis. Dari maksimal isapan bayi, hanya 60-70 persen saja ASI yang dikeluarkan. Hormon prolaktin, yakni hormon untuk memproduksi ASI juga bisa distimulasi, dengan terus-menerus menyusui. Begitupun dengan hormon oksitosin. Hormon inilah yang berfungsi mengalirkan ASI.
“Jika ibu stres, hormon oksitosin tidak bekerja. ASI tetap ada di gudang ASI, namun tidak dialirkan. Di sinilah ibu perlu rileks menyusui, ” ujar Dibha, sambil menambahkan bahwa peran ayah atau suami juga penting untuk membuat ibu merasa nyaman dan rileks.
Penting juga untuk dipahami orangtua, bahwa ASI takkan pernah habis. Dari maksimal isapan bayi, hanya 60-70 persen saja ASI yang dikeluarkan. Hormon prolaktin, yakni hormon untuk memproduksi ASI juga bisa distimulasi, dengan terus-menerus menyusui. Begitupun dengan hormon oksitosin. Hormon inilah yang berfungsi mengalirkan ASI.
“Jika ibu stres, hormon oksitosin tidak bekerja. ASI tetap ada di gudang ASI, namun tidak dialirkan. Di sinilah ibu perlu rileks menyusui, ” ujar Dibha, sambil menambahkan bahwa peran ayah atau suami juga penting untuk membuat ibu merasa nyaman dan rileks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar